​Rini, Amir dan Taman Hiburan 2

Berjalanlah Amir menyusul Rini yang sedari jingkrakan di jalan jalan sempit sebab ramai pengunjung taman hiburan. Berhentilah mereka di sebuah gerobak jingga bertulis Arumanis. Gambar gambar pemikat mata menempel pada sisi sisi gerobak. Sebuah umpatan kecil disunggingkan di pojok kanan atas, berbunyi “Arumanis bikin harimu jadi manis”. Aku geli membaca sesuatu yang barangkali menjadi slogan kebanggaan si penjual arumanis.

“Menurut hematku, slogan itu mengejek hidup kita, Mir!” Celetukku.

“Bagian mana yang kau anggap mengejek?”

“Ya keseluruhan slogannya. Di taman hiburan barangkali kesemua pengunjungnya sudah menikmati kemanisan, pada hari itu juga. Arumanis datang sebagai pemanis yang notabene hadir pada sesuatu yang dikata belum atau tidak manis. Sampai di sini paham kau Mir?”

“Diterima. Lalu?”

“Ketika slogan itu mengatakan Arumanis bikin hari kalian jadi manis, artinya kita mengalami hari yang pahit, sekarang atau katakanlah sebelum memakan arumanis itu. Lalu apa fungsi taman hiburan ini? Betulkah kunjungan kita di tempat ini untuk diberi hari yang pahit?”

“Rini! Itu kan slogan saja. Semua penjual pasti ingin melariskan dagangannya.”

“Iya, betul perkara itu. Tapi kalau aku jadi pengelola taman hiburan ini, akan kuminta ia ganti slogan menjadi, Arumanis! Ayo beli, dan bikin hidup saya manis! Bukankah itu lebih jujur?”

“Hahaha. Baiklah, aku mengamini saja keinginanmu itu Rin.” Timpal Amir.

“Kau jadi beli arumanis?” 

“Tentu, setidaknya aku ingin membagi kemanisan hariku dengan penjual arumanis itu.”

Rini terkekeh sendiri.

Bersambung.

Leave a comment